RSS

Pages

ISLAM FAITES VOTRE VIE COMME PRINCIPE

Bunuh Diri pada Mahasiswa ternyata Lebih Umum Senin, 19 Januari, 2009 oleh Arli Aditya Parikesit

Kasus bunuh diri sering menghiasi media masa kita. Bunuh diri atau percobaan bunuh diri karena himpitan faktor sosio-ekonomi menjadi berita yang sering kita dengar atau lihat. Namun, bagaimanakah prevalensi bunuh diri di negara lain, terutama di negara maju? Mari kita bandingkan dengan survei mengenai bunuh diri di Amerika Serikat.
ScienceDaily (Ag. 19, 2008). Lebih dari setengah populasi mahasiswa berjumlah 26.000 dari 70 perguruan tinggi Amerika Serikat yang menyelesaikan survei mengenai pengalaman bunuh diri, telah melaporkan bahwa mereka pernah memikirkan untuk bunuh diri, paling tidak sekali dalam hidup mereka. Lebih jauh, 15 persen dari mahasiswa yang disurvei telah memikirkan secara serius untuk bunuh diri, dan lebih dari 5 persen pernah melakukan percobaan bunuh diri paling tidak sekali dalam hidup mereka.
Dalam sebuah presentasi pada Konvensi tahunan asosiasi psikologi amerika ke 116, psikologis David J Drum dan asisten autor dari Universitas Texas di Austin melaporkan penemuan mereka.Survei tersebut direview oleh direktur bimbingan penyuluhan kampus yang berpartisipasi, juga oleh dua orang pakar psikologi bunuh diri.
Enam persen dari mahasiswa S1 dan 4 persen dari mahasiswa S2 dilaporkan secara serius mempertimbangkan bunuh diri dalam rentang waktu 12 bulan sebelum menjawab survei. Oleh karena itu, para peneliti menemukan, bahwa pada perguruan tinggi dengan rata-rata mahasiswa S1 berjumlah 18.000, sebanyak 1.080 mahasiswa akan secara serius memikirkan untuk bunuh diri paling tidak sekali dalam setahun. Sekitar dua pertiga dari mereka yang memikirkan untuk bunuh diri akan melakukannya lebih dari sekali dalam periode 12 bulan.
Mayoritas mahasiswa menjelaskan episode tipikal pemikiran bunuh diri sebagai sesuatu yang intens dan singkat, dengan lebih dari setengah episode tersebut hanya berlangsung sehari atau lebih sebentar. Peneliti menemukan, bahwa untuk berbagai alasan, lebih dari setengah mahasiswa yang mengalami krisis bunuh diri tidak mencari pertolongan profesional atau memberitahu siapapun mengenai pemikiran mereka.
Alasan
Baik mahasiswa S1 dan S2 memberikan alasan berikut sebagai landasan pemikiran bunuh diri mereka, dalam urutan:
(1) Menginginkan untuk menghilangkan sakit secara fisis dan emosional
(2) Masalah dengan hubungan cinta
(3) Hasrat untuk mengakhiri hidup mereka
(4) Masalah dengan sekolah atau akademis
Sebanyakl 14 persen dari mahasiswa S1 dan 8 persen dari mahasiswa S2 yang secara serius mempertimbangkan untuk bunuh diri dalam 12 bulan sebelumnya, akhirnya melakukan upaya bunuh diri. 19 persen dari mahasiswa S1 dan 28 persen dari mahasiswa S2 yang mencoba bunuh dri memerlukan pertolongan medis. Setengah dari yang mencoba meminum obat dalam dosis berlebih sebagai metode mereka, demikian kata pengarang.





• Analisa:
Dilihat dari kasus di atas,bahwa yang menjadi masalah bisa dipicu karena laju emosi tidak terkontrol.Dan bisa terjadi karena mental mereka terganggu,tidak mampu memperlihatkan kematangan emosional,kemampuan menerima realita,kesenangan hidup bersama orang lain,dan tidak memiliki filsafat/pegangan hidup.
Sebenarnya tanpa bunuh diripun mereka mampu bertahan hidup,hanya saja emosi sesaatnya tersebutlah yang menjadikan mereka berpikiran sempit untuk menghadapi dunia.Perilaku inilah yang disebut abnormal,yaitu perilaku akut yang bersifat sementara,yang terjadi akibat peristiwa yang menyebabkan stres berat.Stres mungkin merupakan satu-satunya gejala abnormalitas,perilaku individu tidak tampak oleh orang yang awam. Dengan meningkatnya stres pada mahasiswa dan berkurangnya sumber daya untuk mengatasi konsekuensi tersebut, pencegahan bunuh diri memerlukan berbagai seksi dari personel kampus, pemimpin mahasiswa, penasihat, dosen, mahasiswa, dan tidak hanya melibatkan mahasiswa tersebut dan beberapa psikolog saja.Ini akan mengurangi presentasi dari mahasiswa yang terlibat pada pemikiran bunuh diri, atau yang akan melakukan tindakan untuk itu.
Ada beberapa hal yang bisa mereka terapkan agar kasus bunuh diri ini tidak teru menerus berlanjut.Misalnya belajar melatih bagaimanakah mental yang sehat.
Sesuai pendapat dari Karl Menninger,yaitu:
1. Sikap terhadap diri sendiri
Menghadapi setiap kejadian untuk diambil nilai positifnya,agar tidak terjadi pikiran bagi diri sendiri.
2. Persepsi atau realitas
Proses pemahaman atas suatu informasi yang dicerna sebaik mungkin agar tidak timbul hal yang tidak diinginkan karena beda persepsi antar yang di maksud dengan tujuan yang sebenarnya.
3. Kelemahan
Menghadapi strees dengan toleransi yang baik.
4. Kompetensi
Perkembangan untuk menanggulangi emosional untuk menghadapi masalah kehidupan.
5. Otonomi
Keyakinan diri sendiri akan hal yang baik.
6. Aktualisasi diri/pertumbuhan
Kepuasan terhadap pribadi.
Cara yang terbaik untuk mencegah terkena penyakit mental adalah belajar untuk menyayangi diri sendiri.Kalau kita sudah sayang dengan diri kita sendiri maka otomastis kesehatan mental kita juga akan dalam kondisi prima.

0 komentar:

Posting Komentar